Hidup Berakhir Di Warung Pecel

Alkisah di sebuah negeri yang damai dan tentram yang bernama ‘McDonalds’ hiduplah sepasang sahabat ayam yang bernama Fried Chicken dan Fire Wings. Fried Chicken adalah ayam yang sangat penyabar, dia adalah ayam yang sangat baik hati dan dihormati di seluruh negeri McDonalds. Namun, sebaliknya dengan Fire Wings. Dia terkenal bengal, tidak tahu diri, egois, tidak mau mengalah, dan diketahui akhir-akhir ini ternyata dia sering mencuri ayam tetangga. Walaupun mereka adalah sahabat, tetapi, ayam tetaplah ayam, mereka tetap memiliki kekurangan. Si Fried, dia rada ngondek. Tetapi, dia sering lupa kalo dia ngondek, jadi sifat itu sedikit meresahkan warga sekitar. Sedangkan Si Fire, dia suka tiba-tiba ngeludahin orang tanpa alasan yang jelas. Oleh karena itu dia jadi langganan dipukulin oleh ayam sekitar. Kenapa mereka bisa menjadi sahabat? Ya, karena di RW mereka, cuma ada 2 rumah, rumah Fried dan Fire.

 

 

Di negeri McDonalds, dari zaman Brontosaurus lehernya masih pendek, sudah diadakan kompetisi antar ayam yang mirip-mirip dengan kompetisi Ninja Warrior. Ya, tapi di sini nama kompetisinya ‘Ayam Warrior’. Meskipun namanya mirip-mirip, namun kompetisi ini sebenernya tidak sesulit Ninja Warrior. Ayam-ayam hanya dihadapi dengan 3 rintangan. Yang pertama, melewati tepung kentucky yang sudah dilumuri telur dan air. Yang kedua, bergelantungan di atas wajan panas yang siap mengubah ayam-ayam menjadi matang. Yang ketiga, yang mana adalah rintangan terberat, yaitu melompati kerumunan warung pecel yang selalu ramai pembeli. Sayangnya, dari sekian banyak ayam-ayam tangguh yang ada di negeri McDonalds, hanya 2 ayam yang berani mengikuti kompetisi ini, yaitu si Fire dan Wasit lomba ini sendiri. Si Fried gak berani ikut, alesan dia yang paling kuat adalah ‘gua videoin lu aja deh’ begitu katanya.

 

Akhirnya, hari yang dinanti tiba, lomba mulai di hari Jum’at pagi, bertepatan dengan hari raya Iedul Adha. Kenapa yang ikut Cuma 2? Ya iyalah, orang pada sholat ied, dia malah lomba gak jelas. Perlombaan pun dimulai, dengan diiringi lantunan suara takbir dari masjid sebelah, Fire dengan lincah melewati tepung kentucky dengan lihai tanpa terpeleset. Lalu sampailah ia di atas wajan. Di atas wajan yang sangat panas, ia tetap lincah melompati wajan-wajan yang siap menggoreng, walaupun keteknya sudah basah dan bau setengah mati. Akhirnya, sampailah ia di rintangan yang sangat menegangkan, yaitu melewati warung pecel. Dengan lihai ia bersembunyi di balik tenda-tenda warung pecel dan dengan sukses akhirnya melewati garis finish. Si Fried bertepuk tangan kagum dan dengan tidak sengaja berteriak ‘Anjrit!’ dengan suara laki. Bagaimana dengan nasib Si Wasit?

 

Sang wasitpun dengan sangat lihai melewati segala rintangan yang ada di lomba ini. Yaiyalah, kan dia wasitnya. Lalu sampailah juga ia pada rintangan terberat, melewati warung pecel. Namun naas, sang wasit salah perkiraan. Jika si Fire tadi menyelinap dan berhasil lewat, si wasit malah kelewat percaya diri dan memakai trik sendiri. Ia malah pura-pura nego dengan sang penjual pecel dan pura-pura membeli ayam satu porsi, usus, dan ati ampela. Ia lupa kalau ia juga seorang ayam. Akhirnya sang penjual pecel sadar dan sang wasit langsung disembelih saat itu juga dan dijadikan sajian yang nikmat. Si Fried lagi-lagi tak kuasa berteriak ‘Anjrit!’ dengan nada lakinya yang lupa ia tutupi. Lalu, si Fire dengan bangganya mengatakan bahwa ia menang dan tidak lupa meludahi mayat Si Wasit sebelum disembelih. Berakhirlah cerita ini dan bahagialah hidup kedua sahabat Si Fried dan Si Fire.

 

TAMAT.

Leave a comment